Semu


Mengais-ngais kisah dalam cerita semu...
Mendustai hati dalam waktu
membunuh puing-puing rindu dalam cerita tak berending
membohongi nurani dalam tarian hidup
demi sebuah senyum
anak ambun/08-04-10/09. 0956 pm


Langit teriak !
Bumi bersorak !
Gelegar sumpah serapah gempa
tamparan-tamparan puting beliung
bumi menangis !
langit bersedih !
luapan banjir menggenangi kisruh bumi
berharap bersihkan hati yang kian banyak busuki negri
Langit bumi menghajar
manusia pintar, pintar, pintar Kurang ajar!

sadari sesal


Bergetar, Menggelegar, bergoncang hebat ........
hadirkan langkah cepat berhamburan
memecah jeri ketakutan dalam zikir
membuncah tangisan ditinggalkan
tersadu sesak kehilangan
panik.....
takut ........
cemas .......
dan sesal yang hari ini tersadari
bergoncang lagi, lagi dan lagi
entah kapan berhenti
desakan ketakutan demi ketakutan
jadikan jantung semakin "gantiang"
panik ........
takut ........
cemas dan ssal yang hari ini tersadari
Gempa SUMBAR, 30 Sep 2009

Galau........


Senyum ............
Gurau ......................
Tawa .......................
Hilang terselimut bening kaca air mata
Sesal ...................
Tangis .....................
Risau ...............................................
Memadu di sedan luapan rasa hentikan kata
Jeritan kehilangan ...............
Teriakan kesakitan ............................
Menyamai hening kematian
"Jatuah Tajilapak " dan hilang harapan tuk dapat berdiri lagi
Hilang hayal masa depan.
yang tersisa hanya sungai bening payau di pipinya

Gempa Pariaman, SUMBAR/wed, 30 Sep 2009

Jatuah tajilapak = jatuh/benar-benar jatuh

Cinta Langang


Katapiang beach 8 february 2008
Senja kini...
hadirkan rindu
tika ceracau gurau hiasi sendu
senja kini...
hadirkan sepi
sepi iringi serpihan merahnya matahari
senja kini...
biarkan pantai jingga sendiri
ia masih berombak menanti...
kebersamaan yang pernah indah
disini


rindu itu masih ada untuk keberasaman langang kembali

Januari 2009
maaf seperti apa yang kau mau? benci seperti apa yang kau ingin dari sebuah hati yang tak kunjung dingin karna dibakar lelah... ach... ketahuilah...selalu ada maaf dan akan selalu ada, dan iklas ini selalu kirim kan doa yang terbaik,... baik-baik ya.... atik ga apa-apa,... tetaplah jadi yang terbaik,... percayalah semuanya akan jadi indah kalau iklas mu benar-benar ada untuk ini, PG tetap the best untuk atik... dengan siapapun , insyaAllah senyum iklasmu senyum atik juga... Sayang tik hadir slamanya ...

hanya maaf..

akhir 2009
hannya sanggup katakan maaf, tapi benarkah maaf itu ada setelah rasa sakit ditampar-tampar kecewa menggunung dihati?
bongkahan hati ini teramat sangat berharap kenyataan dimaafkan...
ibarat candu, sakau akan maaf, sakit diiris-iris rasa bersalah.

harap.......

Senin, 07 Desember 2009
ingin bersama selamanya, tak sekedar harapan... tapi harapan berupa doa...bukan seribu tahun, tidak juga seratus tahun, hanya sedikit tapi mampu mengukir jutaan senyum ditahun2 yg mungkin tak ku lalui lagi ........

Resah mendebu shepi

Ach... 2005
Sepi bawamu dalam rindu berkabut...
tenggelam dalam lumpur cemburu

tak jelas... tapi terlihat didetak suaraku
benci mendebu hasut resah untukmu
katakan caraku sisihkan hati
disaat bimbang menyamabarku
katakan caraku bela rindu
saat acuhmu menamparku

perih dikebimbangan sepiku...

senja langang

memories of 2003
Senja bisu...
hadirkan rindu tika ceracau gurau hiasi sendu
senja Sendiri...
biarkan sepi
sepi iringi merahnya matahari
senja mulai menghilang...
biarkan pantai jingga me "langang"*
ia masih beriak tenang
menanti dan mengenang
indahnya kebersamaan
yang pernah terbentang,
Disini?

Langgang= Sepi

Saat ikhlas itu ada...

shepy 2005
Ada "langang" menjalar saat puisimu terhenti
ada tangis menumpuk saat kau harus pergi
masih beku tersisa disedu tangis
masih rindu tersangkut akan puisi manis
tapi ikhlasku bagai salju
ringan dan putih untukmu
ada "langang" memejamkan hati
saat tatapanmu berucap
"aku harus pergi"
biarlah hayal memelukmu hari ini
karna esok, lusa dan nanti
puisi manismu bukan untuk ku lagi

Mengeja Sadar

22 december 2008
Aq masih disini meraung bingung
terdampar diantara rusuh kacau benang mimpi
tangisku direnggut sepi
aq masih tetap disini
menampar-nampar mimpi
agar sadar angkat dagu dan sanggup tertawa lagi
tapi agaknya mimpi tak mau menyapa sadar,
atau mungkin mimpi terus selalu mungikatku agar tak sadar
terlihat saat dia berujar "tik... sadar lebih sakit dari ini..!"

panek mah

04-10-2008/02:10 am
tentang cinta...
tentang rasa...
pengorbanan gila !!!
hingga hati terbujur resah
terpasung !!!
jantung terikat sentak...
ach... lelah, ingin itu begitu jauh tergapai

asa ku tersiakan

Memories of La, Catapiang beach 08 February 2007

Menggapai tepi keruh dangkal air tanah
"terjerambab"* disarang semut api,
dalam bagi semut?
lemas menepis ombak coklat berbuih,
menggapai dan tenggelam
tak kan ada tangisan hiba.
Yang ada hanya pandangan gelitik disudut mata
Karena ...,
bukan tenggelam dilautan
Tapi tenggelam di "kubangan tingga"

Terjerambab= Terpuruk
Kubangan tingga = Kubangan kerbau yg udah ga sipake

Sadiah*

leve me alone 13 Nov 2007
Terhempas dipadang lalang yang tak bertuan
Perih digores ribuan tulang-tulang
Daun gersang
Tiap langkah kini tangis kesakitan
Tiap hentakan kaki adalah tangis
Menahan begitu sambuah* tusukan duri-duri padang mati
Namun...
Kaki berdarah harus terus melangkah
Mencari .. merambah bahkan mencabuti
Ilalang tajam
Demi temukan tepi padang mati berduri
Jurang ??
Atau sungai pembasuh luka
Entah ??

Sadiah = sedih
Sambuah = Banyak

Rindu Langang

@-tik,05 sept 2004 / 02:30 am
Gulungan buih putih menepi
berlari dibiru coklatnya sepi
gulungan buih putih menyatu
hempaskan jutaan rasa
melepas gundukan kebisuan...
gulungan buih putih menjauh
sejenak tinggalkan sepi ...
dan sepi tak kan pernah pergi
catapiang menguak sesaknya "langang"
katapiang beach satukan rindu yang terserak.

langang... kemana aja... koq ngilang semua...?

Disaponted @-tik


atik, 17 nov 2006
Tertatih jari menata tinta
hempaskan rasa mengekang sukma
ribuan perih mengekang letih demi letih
jeritan kerontang ungkap kesakitan
aku...
kini terpidana dipengadilan yang tak pernah mengadili
bersalahkan...
atau hanya praduga tak bersalah?
tertatih kata demi kata yang akhirnya hanyalah bisikan yang nyaris tak dimaknai
ungkap semua tingkah yang tak dimengerti
hasilnya...
hanya kepenetan
yang mereka tahu
aku sibersalah yang tak boleh membela diri
dan yang mereka ingin
jadikan semua kebenaran adalah kesalahanku...!

30 hari yang terbenci

atik cerpen/Tu,26 december 2008 Untuk Seorang Teman "cerita ini nyaris tak berjudul we..."

Ada sepi saat tatapanmu menghujam kelam memancing tangis rindu. Ada tangis yang tertahan saat detik-detik menyakitkan ini harus menyapa, saat yang dari dulu selalu kutunggu tapi tak pernah aku inginkan, sangat tidak aku inginkan, ketakutan-ketakutan itu penuhi rongga dadaku, sesak dan membuatku begitu sulit bernafas.
Waktu itu datang dan akan mencurimu dariku, memaksa ngengat menghidangkan malam-malam jahat yang mungkin akan hadirkan tangis dipipiku, malam-malam panjang diserpihan tahun-tahun yang tertinggal. Mungkinkah dendang sumbangmu masih bisa kudengar dari pulau seberang? Selalu banyak alasan untukku meratap menghitung 30 hari yang akan bawamu jauh dari pelukku.
Padamu selalu ada kata 'aku akan baik-baik saja' dan aku akan selalu bilang 'aku tak kan apa-apa', tapi sungguh, sedikitpun aku tak akan mampu membendung sepi mengenang hari kemarin dan membawanya kehari esok.
Ada sepi memejamkan hati saat tatapanmu berucap 'aku akan pergi', mungkin ini saatnya aku menangis, ah... aku begitu lemah, padahal yang kau tahu, aku tak kan selemah ini. 30 hari adalah waktu yang sangat sempit buat ku, walau kau tak pernah keluarkan kata bahwa kau akan tinggalkan aku, tapi aku tahu kau harus tinggalkan aku., tinggalkan puisi-puisi kita, tinggalkan bendungan tempat kita berhayal indah, tinggalkan rumah kita, dan yang pasti kau akan tinggalkan sumua kenangan-kenangan kita disini.
Mengapa waktu dan detiknya tak mau kutawar, walau tak ikhlas tapi aku percaya perpisahan ini indah walau begitu tajam untuk kita rengkuh, biarkanlah tangis ini memburai, buatku melepasmu membuat kenyataan menyekat di lorong-lorong nafas, menyisakan rindu mirip tangis yang menjerat diam dilangkahku, miris memang.. maka pakukanlah aku pada lirih sejuk damai yang kau simpan, dan episode ini akan segera berlalu.
Aku tak tahu harus berbuat apa, bila nanti aku rindu masakanmu, dan apa yang harus aku lakukan kalau aku lapar tapi aku hanya ingin kau yang menyuruh ku makan, aku benar-benar cengeng, tapi itulah aku, aku yang seharusnya aku, dan itu hanya kau yang tahu. Hanya kau yang mengerti.
30 hari yang pahit, dan kau akan pergi dariku, tangan mu tak lagi dipundakku, waktuku akan hilang dalam waktu, pasti ada yang tertinggal di derit-derit usia, mungkin juga tersembunyi dilembar-lembar tafakur rentangan yang tak mungkin kau tarik setelah kau ulur. Kau akan pergi. Kau akan pergi menuju malam-malam lain tampa aku dan senyummu akan membayang jauh, aku mungkin hanya dapat menggenggam kilatan matamu, aku didera ketakutan rindu...
berbaris kata ingin ku selipkan di bahumu, singgah ditepi telaga disela tawa lirih "kau seorang sahabat sempurana untukku", aku ingin menangis ,melihat, merasa setiap hela nafasmu begitu dekat tak tergapai, tentangmu esok akan jauh melayang dikembara yang tak kumengerti. Memang jarak tak memisahakan cerita indah kita, tapi semua begitu lain dan gersang saat jauhmu menderaku, aku hanyalah dua belah telapak tangan dengan jemari terbuka menggapai sebuah kedamaian, menempelkannya tepat didada menadah sepercik sejuk, sesejuk kita pernah dipertemukan.
Ada sepi menamparku saat angka-demi angka di jam tangan ku begitu cepat bergerak. Rasanya ingin memintamu 'marahi aku' seperti kemarin, kemarin dan kemarin kau memarahiku karna semua salah dan usilku, kali ini mungkin aku akan tersenyum terima marahmu., aku tak akan sepeti waktu itu lagi yang saat kau marah aku selalu membantah dan membela diri, kali ini tidak, tak akan, karena ku tahu setelah ini marahmu begitu jauh dariku, aku didera ketakutan rindu ...
Hanya kenangan yang dapat kupilih ketika senja berarak hitam berebut menenggelamakan pung-puing diwajahmu, esok bila kau pergi disini hanya tinggal bau berupa candu menjelama memadat ditubir alisku.
Ketika malam semakin menggaris narasi-narasi langit memajang lepas senyummu yang tak mampu hilang dihayalku, diantara tusukan-tusukan dijantung mengajakmu berkata-kata dalam kegelapan, aku akan sendiri, kenangan ini harus kupilih.
Tak terbantah aku begitu cengeng, aku jadi begitu lemah saat detik-detik ini mulai mendekatiku, berlahan tapi mampu menusuk-nusuk rasa takut dihatiku,takut kau jauh dariku, karna nanti begitu jauh dariku untukku mencari senyummu.
Ada sepi saat tatapanmu menghujam kelam memencing tangis rindu, tangis yang tertahan yang sebentar lagi akan pecah disaat detik-detik menyedihkan itu akan datang, sanggupukah aku melepas mu? Entahlah ?
Pada sebuah ikhwal ingatan kupahami lipatan angin, memetakan tahun-tahun berlalau, tentang perjalanan kita. Hanya jerit waktu masih bernyawa berkisah tentang ruang hampa tanpa mu, aku saksikan sebuah keheninggan dan mimpi yang tak mampu terbunuh membendung sebuah sejarah. Kulukis lintasan-lintasan sepanjang mendung agar kenangan ini tak hilang tersapu angin.
Walau perih tapi tak mengapa, perpisahan ini sakit tapi indah untuk pertemuan kita nanati. Kutulis ini padamu, saat sebak makin mencekik, ah...tak seharusnya aku menyemai luka saat ribuan bahagia akan memelukmu.
Harus kau tahu, selalu ada tempat disini untukmu, seperti dongeng, esok dan nanti adalah harapan dan detak jam adalah penantian, ribuan jarak yang menyekat tak berarti saat aku ingin memelukmu, kebersamaan kita adalah indah unuk hari nanti
Pergilah kawan ? sambut bahagia yang kan memeluk mu dan kembalilah saat kau ingin kembali. Hari ini dan nanti tiada beda,selalu indah untuk kita.

L0VE, @-tik
@-tik, Langang 2007

"Langang"

Kemballikan kebersamaan langang...
Laki-laki itu berlari, berlari dan terus berlari merangkul hayalannya, bukan sekedar hayalan, tapi hayalan yang tercipta karena kenangan, hayalan yang hadir karena indahnya kebersamaan, sangat indah, bahkan disetiap judul mimpi, kenangan itu akan terselip, walaupun hanya setetes, setetes mimpi kenangan yang mampu lelehkan air mata.
Ia terus berlari menysuri jalan setapak "hutan salibutan", angin betiup diantara ilalang yang bergoyang, peluh bercucuran basahi bajunya yang lusuh, tapi ia terus berlari dan terus merangkul hayalan.
Hayalan mungkin bosan dibawa berlari, mungkin ia lelah terus menjadi mimpi kemarin, mungkin ia ingin menjadi hayalan masa datang, bukan hayalan cerita dulu yang kini tlah membeku. Hayalan benar-benar jenuh, ia mendorong silelaki hingga berhenti berlari "kemana aku akan engkau bawa ??bentaknya. silelaki hanya diam, karena diapun kini didera kebingungan, bingung kemana ia akan bawa hayalannya, hayalan tentang cerita dulu yang begitu ia banggakan , begitu ia agungkan, hingga semua cerita mengalir tentang indahnya 'langang'*. Semua indah itu tak mampu ia buang, juga tak mampu untuk raihnya kembali. Ego masih halangi mencairnya hayalan beku kemarin.
Ia kembali berlari dan tetap merangkul hayalan tampa peduli Tanya sihayalan tentang kegundahan.
Ujung langkahnya terhenti pada sebuah telaga, ia tersenyum, senyuman yang begitu pahit, senyum teriring isak tertahan.
"hayalan! Kau harus tahu! Disinilah awal dari ceritamu, disinilah ku temukan sayang yang menggebu, disini indah itu tercipta, indah yang selalu iringi mimpi, indahnya kebersamaan, tapi disini juga rasa sakit itu dating, hingga satu-demi satu indah yang begitu dibanggakan hilang, sangat menyakitkan, aku begitu pengecut, tak mamapu menghapus sakit. Aku tak mamapu menahan langkah-langkah 'langang'*, langang, langang dan langang, langang pergi tinggalkan rindu hadirkan sepi...
lelaki itu tersadu diantara nafasnya yang menggebu dan isak yang kini adalah tangis. Ia menagis, sesuatu yang selama ini begitu pantang untuk terjadi, kini harus meluber sia-sia.
Matanya jelajahi ruang telaga, tempat sederhana yang begitu damai untuknya. Tempat yang selalu riuh dengan tawa para langang. Ia mulai mengulang hayalanya, sesuatu yang begitu sering ia lakukan, sangat sering, mengulang, mengulang dan mengulang hayalan masa lalu tanpa pernah bosan, kenangan yang mampu membuatnya menangis bersama mimpi, mimpi yang selalu indah disini, tentang cerita yang selalu hadirkan tawa-tawa langang yang kini hanya kenangan, kenangan yang tak terlupakan, kenangan yang begitu sulit diraih kembali, karna ego yang begitu sulit untuk disingkirkan.
Adakalanya sendiri begitu berarti untuk ciptakan imajinasi indah tentang kedamaian dan sendiri kan ajarkan tentang makna kebersamaan, tapi sendiri dan terus sendiri pada akhirnya akan hadirkan senyap, kadang senyap membuat letih makin terasa,dan kini, si lelaki merasakan pahitnya. Ia tak kuasa mengirai lelah.
Mengenang indahnya langang, silelaki makin merasakan kepedihanya, apa lagi yang dapat ia lakukan demi satukan mimpi dan hayalan yang terserak
Akan kah esok ceria langang akan tetap jadi kenangan ? akankah sicucu juga dapat mendengar indahnya kebersamaan langang ? atau semuanya akan hilang bersama keringnya peluh karna dingin telaga itu.
Indahnya langang tak bertepi, dan karnanya, perpecahan begitu sakit dan dalam menusuk hati, hingga kenangan kian memaku.
Silelaki selalu berhayal indah, menutup perih dengan romantika fiksi, tapi tetap saja ceritanya tak berending.
Diambang lamunannya ia kembali merindi, rindu bersama melepas senja, mengunyah kenyataan dalam dialok tawa, melebur keangkuhan dengan gurauan.air matanya menetes mengenang janji dalam canda ?akan buatkan matahari dan cahayanya? demi kebersamaan.
Ada sesal yang tersesali, mengapa dulu menutup mata tentang cinta langang yang kian memaku dihati, mengapa biarkan langkah langang hadirkaan sepi. Kini silelaki menyuling kenyataan kenyataan yang pernah lewat, cintanya terselip dalam pipa dan lubang waktu, sangkar perasaan mengungkung kejernihan, tindak masih tersadu menunggu rindu yang terjengkang.
Silelaki setengah bersimpuh memegagi lututnya, tersadu dalam tangis yang tak kunjung hilang.
'wahai langang '! Dengarlah ?! Aku tak ingin seperti ini, terhimpit dikegalauian sepi yang seharusnya tak ada. Wahai langang ?! Kembalikan kebersamaan kita ?, kebersamaan yang torehkan indah, tidak dua detik kita tenggelam dibawah payung matahari dan hujan cahaya bulan, tetapi berwaktu-waktu, hingga jarum berbalik putar, hingga tak terbayang akan ada akhir detik, dan aku tahu detik itu belum berakhir, karena kemarin masih terlihat rindu dibeberapa pasang mata kalian, kumohon ?! luntuhkan semua ego??
sedu sedan silelaki semakin menyesak ia bersujud seolah memohon, hanya itu yang dia bisa, jadi pengecut dan teriak memohon langangnya kembali, memohon pada sepi.
Sebait dua bait atau berbait bait, biarkan sumbangnya nada menjadi inmprovisasi cinta yang tak dimiliki siapapun dan itu bukan kemalangan, sebut saja itu sejarah, sejarah tentang mimpi kenangan langang, yang kini keringkan sepotong hati dan berpotong-potong hati, kerontangkan bertumpuk harapan, semuanya dalah catatan kerisauan dari sebuah kerinduan, biarkan jiwa berdesing agar rindu menyebar kesudut waktu. Menjemput kebersamaan yang paling bermakana yang amat sulit tergapai ? Langang.
'Wahai langang' ! lihatlah! Tampa kalian tak dapat kutemukan diriku, tampa langang, embun tak lagi seperti mutiara dan matahari bukan lagi dewa yang terus membakar semangat. Dingin, kelam gelap hitam pekat, aku tercekat dilubang risau...
Ia kembali meratap pada sepi gundahnya hati. Ia kalah, benar-benar kalah, ia merasa sangat kecil, tak seperti dulu, dimana kedewasaannya begitu ia agungkan,dia tumpuan mengadu perasaan, dia ?urang tuo?* yang dihormati, hingga sayang tertancap tanpa sengaja. Tapi kini, semua tak berarti apa-apa.
Telaga ini begitu sepi, silelaki kembali menyusun bait, tak peduli itu sumbang ia tetap menyusun bait demi bait di antara luka, duka meratapi jejak yang terpisah. Titik embun basahi wajahnya, hayalan mimpi langang kembali tersibak, dulu pelukan kedamaian adalah cinta langang dan tangis mengadu perih adalah keakrapan, begitu dalam rindu silelaki pada langangnya, akan kah kembali bersama ?
Tak mudah kita membahas rasa yang tergores pada wajah manusia disuatu malam bewarna buram, kala badai menggoyangkan pohon-pohon dan jalan senyap setapak 'salibutan'* tak lagi terlewati dengan nyaman. Lalu lelaki itu mengeja bimbang dihati pada wajah mimpi dalam gendongan hayal lalu luka, lelahnya menampar rindu, rindu seiring kecewanya, ia berlari dari gendongan sepi, gamang, ia kembali menangis tanpa mengerti kenapa mimpi itu selalu menyapanya kenapa tak mau lepas, kenapa mesti perpisahan menjadi resah, lalu luika, ia kembali berlari merebut lembaran kesalahan, nanar menatap wajahnya yang lelah dan pucat. Ada bening ditelaga bola matanya, silau, kenangan itu juga mengitari gelap bagai kunang-kunang yang muncul dipadang lalang, silelaki berlari kalah ?, luka dan kenangan itu terpaku dirongga otak, meraung senyap.
Menggetar dalam kuluman rasa sakit, kejam, diam-diam diapun lemah dan mengaku kalah,ia tak berarti apa-apa tanpa langangnya.
'Wahai langang?! Jangan biarkan ceritaku tak ber Ending, cerita ku, cerita kita.. mari kita bicara, mengukir notula pada jendela tertutup malu, biarkan air mata, asap rokok, ampas kopi ditelan pekat kebekuan, tak adakah panas air mencairkan es-es keegoisan disimpan dalam kulkas hati dan jiwa ? tak adakah gunting melepas kejujuran da n lidah senyap,. Sampai gunung api membuncah lafa, sungai dibibir membanjirkan luka-luka Lumpur menghapus sisa perbincangan pecah piring malam, menyesali kebodohan biarkan perpisahan?

@-tik, Special to Langang Cs
(B'jay, Dori, Ib, B'ian, Dewi, K'sry, K'fie)
Tak ada Indah tanpa kebersamaan kita

Langang = sepi = julukan untuk anak-anak yang ngumpul di Chel Lish.
Hutan salibutan= Hutan lindung yang ada di Lubuk-Alung SumBar.
Urang Tuo= orang yang dituakan

RINDU TERHARAMI

atik cerpen/july 2005

Hujan ini hadirkan hembusan angin memanggil rindu, gemertak air yang jatuh di seng begitu memekakan telinga.
Andai rumahku beratap daun rumbia, mungkin bunyinya tak seheboh ini, tapi tidak, kini rumahku beratap seng, silau bila panas, bergeretak bila hujan, bergeretak, terus bergeretak seiring deras hujan. Deru angin mengacaukan lamunan yang merindu.
Desau angin menampar-nampar daun jendela, memaksa masuk dicelah-celahnya, hadirkan dingin yang menyengat, dingin...ya, aku kedinginan, kali ini selimut tak mampu membendungnya, aku tetap kedinginan karena dinginku disertai rindu yang mendalam Kubiarkan tanganku telanjang, biarkan ia merasakan dingin yang menusuk, berselimutpun akan percuma, siksanya tak kan hilang. Duhai !! Lihatlah !! Aku begitu kedinginan, siksa ini tak akan ada andai kau bersamaku saat ini.
Duhai !! Rindu ini begitu membuncah di dadaku, rindu ini menyakitiku, lebih sakit dari perihnya dingin, lebih deras dari deraian hujan yang menderu.
Hujan disenja ini memanggil rindu yang kemarin, kemarin, dan kemarin yang selalu kututupi dengan senyum. Begitu besar ingin ku memanggilmu, tapi untuk apa ??? teriakanku tak akan mampu menggendongmu kesini untukku, duhai !! Bagaimana kusanggah rindu ini ?
Tergagap suaraku ditengah air mata, mengeja satu demi satu huruf-huruf yang merangkai namamu, aku lemah sangat lemah, aku terbius rindu yang begitu sulit aku bendung, pada siapa kumemohon, agar menghadirkanmu untukku, saat ini ,besok nanti,dan selamanya aku hanya ingin bersamamu, bersamamu selalu, tapi kenyataan tak memihakku, kenyataan tak bolehkanku bersamanmu, aku benci kenyataan !!! kenyataan ini begitu menyakitkan, kenyataan yang ada membunuhku tapi tidak membuatku mati.
Lelah sangat lelah, telah jenuh hatiku memohon, telah berdarah bibirku berucap "aku hanya inginkan engkau, hanya engkau" tapi kenyataan tak pernah mengerti. Dulu kukira waktu akan membantuku, waktu akan jadikan engkau untukku tapi lagi-lagi kenyataan tak pernah memahami, kenyataan terus dijalannya tampa lihat aku yang tersiksa.
Hujan terus bergeretak, angin terus menderu, dingin terus menusuk dan aku terus menerus menahan sedu sedan hati yang merindu. Duhai !! Berapa ribu jarak yang tak kumengerti, aku ingin memelukmu.
Aku tak ingin kehilangan, tapi waktu hilangkanmu dariku, aku kehilangan indah menatapmu, kehilangan riang bersamamu, kehilangan, aku begitu kehilangan dan kini aku didera rindu karena kehilangan, ya... tak kan ada rindu tanpa kehilangan.
Duhai!!! Aku begitu inginmu, aku inginkan kedamaian bersamamu. Aku galau, benar-benar galau, kegalauan beriring bersama angin menyusup dicelah sepi dan hinggap dihatiku. Duhai !! Hayalku iringi bayangmu, rindu ini akan indah andaikan kau bersamaaku saat ini. Tapi kenyataan tak bolehkanku bersamamu, kenyataan tak izinkanku memelukmu, aku benci kenyataan!!!
Dingin senja ini tak kan membunuhku tapi rasa ini mampu buatku beku dan tak sanggup bergerak, aku nyaris mati tertawan sepi, aku inginimu sangat inginimu. Jarakmu kini benar-benar melemparku kesudut rindu, bayangmu tak sanggup hilang diotakku.
Deru angin semakin mengisik, mengusik hati yang gundah, Duhai !!! Mengapa tak setetes hujanpun yang jatuh tak dapat wakilkan senyummu?
Duhai !! Aku ingin kau yang hapus air mataku. Langit makin berkabut,hujan tak jua reda, angin kian menghasut resah. Duhai !! Kirimkan suaramu lewat angin dan katakana caraku sisihkan hati saat rasa ini begitu menyiksaku. Duhai !! Katakana caraku simpan rindu disaat bayangmu selalu melintas diotakku, langkahku terhuyung menyeruak sepi, himpitan gundah, tamparan kekaluatan kini membuatku begitu ringan, ringan dan terjatuh. Duhai!! Aku ingin berdiri tapi aku hanya ingin kau yang memapahku, aku ingin tersenyum tapi aku hanya ingin iringi senyum yang hadir dibibirmu, aku ingin bergurau tapi aku hanya ingin kau yang ciptakan ceracau gurau itu.Duhai !! Kirimkan suaramu walau satu kata untukku, aku begitu kacau karena rindu padamu.
Hujan kini hadirkan angin memanggil rindu, geretakan-geretakan air semakin menghentak digendang telingaku, tapi saat ini semuanya hanya sepi untukku, sepi yang berkabut ciptakan perih yang membuka kecewaku, langkah demi langkah yang terhuyung hanya kepenatan tiada arti. Aku ingin berlari, mengejarmu disaat rantai-rantai melilit hati, aku sangat resah, aku gundah berharap kau ada melepas rantai-rantai yang haramiku inginimu. Jarakmu kini begitu pahit untuku hayalkan, senyummu dulu dan kemarin kini hanya kabut kelam yang menyepi, ribuan kilo yang tak kumengerti aku ingin memelukmuDuhai!! Aku begitu lelah. Tetes hangat kini basahi wajah pucatku yang tak berdarah, biarlah ... Karena aku tahu, besok lusa atau nanti ketulusanmu akan datang untukku, bawa damai hapus luka dan kecewaku. Dan saat itu tiba nisan dinginku kan terasa hangat dipelukanmu.
kembalikan hidupku

Shepi, special to Kelana Rimbaku
Hx hx hx kadang-kadang jagoanmu juga bisa cengeng bos...

Powered bye : atik_langang